• MARIONTOPSY

    MARIONTOPSY Akan Segera merilis Album Perdana Mereka bersama Label Asal Spanyol

  • VORTEX OF HATRED

    Band metal asal Jogja ini telah merilis Album Perdana Bertajuk "GALAT"

  • DEATH VOMIT

    Death Vomit Siapkan Album Baru, Rilis Januari Tahun Depan via Brutal Mind

  • WAKE UP KIDS!

    "Titik Temu", Single Pemanasan Untuk WAKE UP KIDS!

  • HORUSH

    Bersama dengan label asal Bandung, yakni Horrible Creation, unit death metal asal kota Jogja, HORUSH merilis album perdana mereka yang bertajuk Armageddon

Selasa, 23 Desember 2025

Death Vomit Siapkan Album Baru, Rilis Tahun Depan via Brutal Mind


Band death metal legendaris asal Yogyakarta, Death Vomit, dipastikan akan merilis album terbaru pada tahun depan melalui label Brutal Mind. Kabar ini menandai kelanjutan eksistensi mereka sebagai salah satu pionir death metal Indonesia yang masih aktif dan relevan hingga kini.

Album mendatang ini akan menjadi rilisan penuh terbaru Death Vomit setelah beberapa tahun terakhir tetap aktif di panggung ekstrem metal, baik di skena lokal maupun nasional. Meski tanggal rilis resmi belum diumumkan, album ini disebut akan tetap mempertahankan karakter death metal brutal dan agresif yang menjadi ciri khas mereka sejak awal berdiri.

Kerja sama dengan Brutal Mind juga menjadi langkah strategis, mengingat label tersebut dikenal konsisten mendukung rilisan musik ekstrem dengan pendekatan independen dan distribusi yang kuat di skena underground.

Rilis album baru ini sekaligus menjadi momen penting bagi penggemar lama maupun generasi baru penikmat death metal Indonesia untuk kembali menyambut kebrutalan dari Death Vomit.





Mariontopsy Siap Merilis Album Penuh "O LUNA VILE" , Manifesto Slamming Brutal Death Metal dari Yogyakarta

 

Yogyakarta kembali melahirkan entitas brutal dari kancah musik ekstrem. Mariontopsy, unit slamming brutal death metal yang terbentuk pada tahun 2023, mengumumkan rencana perilisan album penuh perdana mereka bertajuk O LUNA VILE yang dijadwalkan meluncur pada awal tahun 2026 dalam format digital dan CD.

Digawangi oleh Evgheniy “Riry” (gitar), Aldi Bimantoro (vokal), Jonas Keenan (drum), dan Bias Subrata (bass), Mariontopsy hadir dengan pendekatan musikal yang brutal dengan tempo berat, slam dominan, groove masif, serta atmosfer yang menekan. Pengaruh band-band seperti Organectomy, Extermination Dismemberment, Abominable Putridity, dan Visceral Disgorge terasa jelas, namun diramu menjadi identitas yang berdiri sendiri.

Konsep Mariontopsy sendiri terasa berbeda dari kebanyakan band slamming pada umumnya, karena mereka memilih mengangkat cerita fiksi karya dari Riry. ya, O LUNA VILE berangkat dari sebuah novel fiksi yang menjadi fondasi utama album ini. Di dalamnya, hadir karakter bernama Luna, sosok simbolik yang menjadi medium narasi dan representasi dari Mariontopsy. Meski tetap mencoba sedikit beririsan dengan tema gore, namun porsinya jauh lebih sedikit dan lebih mengutamakan alur cerita dan penekanan tentang perjalanan Luna, mulai dari latar Luna sebagai anak seorang ilmuwan, tentang kasih sayang, dendam, bahkan percintaan seorang remaja. Karakter ini ditulis dan dikembangkan langsung oleh sang gitaris, Riry, sebagai benang merah keseluruhan album.

“Luna bukan sekedar nama atau tulisan yang selesai setelah dibaca, tapi orang akan mengingatnya” ungkap Mariontopsy dalam pernyataannya. “O LUNA VILE adalah sebuah cerita yang diterjemahkan ke dalam slam, distorsi, dan dentuman yang bisa kami hasilkan dalam sebuah karya.”

Secara musikal, album ini menjanjikan struktur lagu yang padat dan menghantam, dengan penekanan pada groove berat dan dinamika slam yang konstan. Vokal rendah dan agresif berpadu dengan riff gitar yang tebal serta permainan drum yang brutal, menciptakan lanskap suara yang intens dan claustrophobic, sebuah ciri khas slamming brutal death metal modern.

Dengan O LUNA VILE, yang akan dirilis oleh label asal Spayol, Pathologically Explicit Recordings,  Mariontopsy menegaskan posisi mereka sebagai salah satu unit baru yang patut diperhitungkan di skena death metal Indonesia, khususnya dari Yogyakarta. Album ini tidak hanya menjadi penanda eksistensi, tetapi juga pernyataan arah musikal dan konseptual mereka ke depan.

“Album ini adalah langkah awal kami untuk membangun dunia Mariontopsy secara utuh,” lanjut mereka. “Ke depan, kami ingin terus mengembangkan semesta Luna dan membawanya lebih jauh, baik secara musikal maupun visual.”

Menjelang perilisan awal 2026, Mariontopsy berencana membagikan materi pendukung dan informasi lanjutan terkait O LUNA VILE. Bagi penikmat musik ekstrem, album ini layak masuk dalam daftar rilisan yang patut ditunggu.

Senin, 22 Desember 2025

Trio pemuda selatan Gunungkidul, Wakeupkids! rilis “Titik Temu” jelang debut EP tahun depan.

 



Unit Pop Punk asal Gunungkidul, Wakeupkids! , merilis single “Titik Temu” sebagai salam pembuka menuju debut EP  bertajuk “Cycle of Affection” yang akan diluncurkan tahun depan.

Band dari padukuhan yang terletak di pesisir selatan Gunungkidul bernama Walikangin yang identik dengan kehidupan pedesaan mencoba relevan dengan masyarakat urban dengan cara memainkan musik modern pop punk. Dalam kesehariannya, mereka tidak meninggalkan budaya tradisional yang melekat begitu saja, karena para personil Wakeupkids! juga menjadi pengiring musik kesenian Jathilan di kampung mereka.

Kisah tentang seorang pemuda desa yang sebenarnya sudah putus asa dalam dunia percintaan karena seringnya mengalami kegagalan. Tetapi, pada akhirnya dapat menemukan dambaan hati yang selama ini dicarinya. Dikemas dengan ciamik melalui single “Titik Temu” yang akan dirilis di seluruh DSP pada  Sabtu, 20 Desember 2025. Hal ini sebagai langkah berani Wakeupkids! untuk menembus industri musik dengan keterbatasan akses yang mereka alami selama ini.

“Band ini dibentuk bukan hanya untuk mengejar ketenaran atau sekadar hobi, tetapi untuk menciptakan ruang di mana setiap emosi, dari sedih hingga bahagia, bisa diterjemahkan menjadi musik yang membuat pendengar merasa ‘ada yang ngerti’. Kami ingin suara kami menjadi jembatan antara kesepian dan kebersamaan, antara kegemparan hidup dan momen sunyi.”  Tegas Afilan Bagti selaku gitaris dan vokalis. 

Melalui lagu ini, Wakeupkids! ingin mendekatkan diri dengan para pendengar, serta dapat menemani momen-momen yang dialami pendengar mereka.

“Jadi, lagu ini seperti rajutan kesedihan dan kebahagiaan di tengah hiruk pikuk kehidupan remaja, sekaligus pengingat bahwa kita bisa saling mendukung lewat irama dan lirik. Intinya, tujuan kami adalah bikin musik yang tidak cuma didengar, tapi juga dirasa dan bisa menyatukan orang-orang dari desa maupun kota, dengan latar belakang yang berbeda melalui nada dan ritme yang kami bawakan.” Lanjutnya.


Dengan dirilisnya lagu ini, Wakeupkids! seakan ingin mengatakan
bahwa tidak ada batasan dalam berkarya, faktor geografis bukan penghalang bagi kreativitas manusia.



Minggu, 30 November 2025

"Koloni Dogmatis", Jadi Single terbaru Unit Death Metal Asal Jember, "FRAG OUT"



 


Fragout Unit death metal asal jember Jawa Timur, merilis single berjudul " koloni dogmatis ".


Band ini terbentuk dari 2020 beranggotakan Rendi Gitar, Abi Bass, Fahmi Drum, Robby Vocal , single " koloni dogmatis " Bercerita tentang bentuk kritik terhadap aparat yang mudah dikendalikan oleh penguasa, dan bertindak seenaknya dengan warga sipil dan tidak sedikit menimbulkan konflik disana.

Harapan kami fragout adalah " Semoga dengan adanya single ini kita bisa memberi warna baru dan meramaikan dengan musik kita di dunia death metal Indonesia terutama di kota kita sendiri yaitu jember. Dan ini adalah bentuk awal dari kami karena masih ada beberapa lagu yang belum kami rilis dan Semoga akan dirilis di tahun 2026 mendatang "

Proses lagu digarap oleh Gangsar_Recording dan mixing mastering digarap langsung oleh Jandiek Firmanda dari Gangsar_Recording





Jumat, 25 Juli 2025

SEMBELIH Rilis EP Perdana, "Night Ov Unholly Rites"


 Sembelih, unit black metal independen asal Yogyakarta, kembali mengguncang skena underground dengan merilis EP terbaru mereka yang berjudul Night Ov Unholy Rites. Rilisan ini tersedia di sejumlah platform streaming digital, menandai salah satu keluaran paling gelap dari band tersebut di tahun 2025.

Dengan total lima lagu di dalamnya, Night Ov Unholy Rites menunjukkan perkembangan yang konsisten dari karya-karya sebelumnya, memperluas jaringan tema dan intensitas musik hitam yang menjadi ciri khas black metal mereka.

Sebagai proyek independen, Sembelih tetap membawa jiwa underground yang autentik, dengan vokal yang keras, riff gitar yang menggurat nuansa gelap, serta tempo yang menekan telinga pendengar ke dalam suasana ritualistik dan menyeramkan. EP ini dirangkai untuk memberikan pengalaman audio yang mencekam, cocok bagi penggemar black metal yang mencari atmosfer yang lebih ekstrim dan ritualistik.

Rilisan Night Ov Unholy Rites bukan hanya sekedar EP biasa , keberadaannya turut memperlihatkan betapa scene metal bawah tanah di Yogyakarta tetap produktif dan relevan, meskipun tanpa dukungan label besar. Di tengah regenerasi band-band ekstrem lokal, Sembelih berdiri sebagai representasi dari semangat DIY (do-it-yourself) yang kuat di skena lokal ini. 

Bagi para pendengar yang ingin mengeksplor suara gelap dari kota Gudeg, EP ini merupakan pintu masuk yang tepat untuk memahami kedalaman dan variasi black metal kontemporer di Indonesia.




Jumat, 18 Juli 2025

“Galat”, Jejak Perdana Vortex of Hatred dalam Lanskap Metal Indonesia

 



Setelah melalui fase pencarian identitas dan pergulatan formasi, Vortex of Hatred akhirnya menorehkan tonggak penting dalam perjalanan mereka. Kemarin, band metal asal Yogyakarta ini resmi merilis album penuh perdana bertajuk Galat, sebuah karya yang menjadi penanda lahirnya babak baru yang lebih gelap, matang, dan tanpa kompromi.

Galat hadir sebagai refleksi atas kekacauan sosial, konflik batin, dan kesalahan-kesalahan manusia yang berulang dalam pusaran sistem dan kekuasaan. Judulnya sendiri, Galat merepresentasikan sesuatu yang keliru namun terus diwariskan, dipelihara, bahkan dinormalisasi.

Bagi Vortex of Hatred, perilisan ini juga menandai transformasi musikal yang signifikan. Jika sebelumnya mereka dikenal dengan pendekatan metalcore, di album ini mereka melangkah lebih jauh ke wilayah death metal yang lebih brutal, teknis, dan atmosferik, dengan sentuhan progresif dan nuansa gelap yang kental.

Riff-riff berat disusun berlapis, groove dipertajam, dan tempo agresif dipadukan dengan bagian-bagian ambient yang menciptakan ketegangan emosional. Vokal terdengar lebih buas dan penuh amarah, namun tetap terkontrol, seolah menjadi narator dari kekacauan yang sedang diceritakan.

Galat memuat sembilan komposisi yang saling terhubung secara konseptual. Lagu-lagu seperti “Parade Banal”, “Mencekik Doksa”, dan “Pusaran Kebencian” menjadi tulang punggung album,menyuguhkan kritik sosial dengan bahasa simbolik dan diksi yang tajam. Tidak ada upaya untuk terdengar ramah; album ini memang diciptakan untuk mengguncang dan mengganggu kenyamanan.

Alih-alih mengejar kompleksitas berlebihan, Vortex of Hatred memilih pendekatan yang terstruktur namun tetap liar, membuat Galat terasa solid sebagai satu kesatuan utuh, bukan sekadar deretan track terpisah.

Momen perilisan album ini dirayakan secara intim namun intens di Yogyakarta. Panggung diperlakukan layaknya ruang ritual: pencahayaan minim, atmosfer berat, dan penonton yang larut dalam energi mentah yang dilepaskan. Tanpa banyak basa-basi, Vortex of Hatred membiarkan musik berbicara,keras, brutal, dan jujur.

Respons yang muncul menunjukkan bahwa Galat diterima sebagai karya serius, bukan hanya debut biasa. Banyak yang melihat album ini sebagai langkah berani yang memperkuat posisi Vortex of Hatred di peta metal underground Indonesia.

Sebagai album perdana, Galat bukan penutup perjalanan, justru sebaliknya. Ia menjadi fondasi bagi eksplorasi yang lebih jauh dan lebih ekstrem di masa depan. Dengan identitas yang kini terasa lebih solid dan visi yang jelas, Vortex of Hatred menunjukkan bahwa mereka datang bukan untuk sekadar mengisi ruang, tetapi untuk mengoyak dan meninggalkan bekas.



Senin, 23 Desember 2024

HORUSH Melepas “Armageddon”, Album Debut Penuh Amarah dari Jogja

 





HORUSH
, band death metal asal Yogyakarta, Indonesia, resmi merilis album penuh debut mereka yang bertajuk “Armageddon” pada pertengahan Desember 2024 , dan kini musiknya masih menggema di kalangan penggemar metal tanah air serta komunitas underground. 


Band yang digawangi oleh Prass Aprek (Gitar & Vokal), Alfian Kurnia Ramadhan (Gitar), Burhannudin (Bass & backing vokal) dan Yana Samudra (Drum) ini telah aktif berkarya sejak 2019 setelah sebelumnya dikenal dengan nama Treatment (2010–2019). Genre mereka jelas berada pada death metal ekstrem, dengan ritme cepat, riff tajam, dan vokal growl yang intens.

Armageddon” menandai tonggak penting dalam perjalanan HORUSH sebagai album penuh perdana, merangkum energi, agresi, dan karakter khas musik mereka, death metal yang gelap. Dirilis pada 15 November 2024 (digital) dan mencapai distribusi yang lebih luas sepanjang Desember, album ini sekaligus menjadi perayaan bagi fans setelah bertahun-tahun menanti rilisan besar dari band ini.

Album ini tersedia dalam format streaming dan unduhan berkualitas tinggi melalui platform seperti Bandcamp, Apple Music, dan Amazon Music.

“Armageddon” hadir dengan 10 trek penuh energi yang membawa pendengar melalui tema-tema pertempuran, keputusasaan, dan konflik batin — semuanya dibalut atmosfer ekstrim dan riff yang menghantamThe Dawn of War (Intro)

  1. Armageddon

  2. Sajak Terbata

  3. Healing Maker

  4. Surga Ilusi

  5. G.O.D

  6. 7

  7. Monotheism

  8. Perserikatan Lobi Hexagon

  9. End of Salvation

Album ini sendiri merupakan hasil kerja kolaboratif sejumlah pihak penting di scene metal.

Pendekatan produksi ini menunjukkan dedikasi band untuk mempertahankan nuansa mentah dan organik, tetap setia pada akar underground namun juga cukup profesional untuk menggaet pendengar lebih luas.

Sejak dirilisnya “Armageddon”, album ini semakin memperkuat posisi HORUSH di kancah metal Indonesia dan khususnya Yogyakarta ,sebuah kota yang dikenal pula melahirkan berbagai band metal underground lainnya. Fans memuji intensitas komposisi dan kualitas produksi yang solid, sementara komunitas scene lokal menilai perilisan ini sebagai langkah berani horush untuk bersaing di ranah death metal yang penuh persaingan.

Album “Armageddon” bukan hanya menjadi debut penuh bagi HORUSH, tapi juga merupakan pernyataan artistik yang kuat dari sebuah band death metal Jogja yang matang secara musikal dan berani mengambil langkah besar dalam dunia musik cadas Indonesia. Dengan komposisi yang agresif, produksi solid, dan distribusi yang memadai, HORUSH kini siap untuk melangkah lebih jauh di scene nasional bahkan internasional.